Pages

Rabu, 08 Oktober 2014

Kingdom Archaebacteria


Pada tahun 1977seorang mikrobiologi bernama Carl Woese dan peneliti dari universitas Illionis menemukan suatu kelompok bakteri yang memiliki ciri unik dan berbeda dari anggota kingdom lainnya. Kelompok itu dinamakan Archaebacteria. Archaebacteria lebih mendekati makhluk hidup eukariota dibandingkan dengan bakteri lain yang merupakan prokariota. Archaebacteria umumnya tahan dilingkungan yang lebih ekstrim, dan bersifat prokariotik.
Archaebacteria hidup dilingkungan tak beroksigen atau tingkat oksigen rendah, contoh:tempat sampah, pada lingkungan bersalinitas/kadar garam tinggi yaiti di laut,serta lingkungan yang berauhu tinggi yaitu pada kawah yang panas dan mengandung belerang.
Ciri:
1.) Susunan tubuh sangat sederhana, dinding sel tidak tersusun atas peptidoglikan.
2.) Lemak penyusun membran selnya terdiri dari unit isopren dan ikatan eter.
3.) Komposisi RNAnya.
4.) RNA ribosomnya berupa metionin.
5.) Habitat lingkungan yang ekstrim.
6.) Terdiri atas 1 sel yang hidup berkoloni atau berupa filamen berukuran kecil.
7.) Bereproduksi dengan cara pembelahan biner, berganda, pembentukan tunas, dan fragmentasi.
Berdasarkan metabolisme, ekologi, serta habitatnya dibedakan menjadi:
1.) Metanogen
Diberi nama Metanogen sesuai dengan metabolisme energi khasnya yang membentuk gas metana (CH4) dengan mereduksi karbon dioksida (CO2). Bersifat anaerobik dan kemosintetik. Mereka hidup di lumpur, rawa, danau, saluran pencernaan hewan dan manusia, di bawah lapisan es Greenland, dan tempat lainnya yang kekurangan oksigen. Dihabitatnya kelompok ini memperoleh makanan dengan membusukkan sisa tumbuhan yang mati lalu menghasilkan gas metana. Contoh:Lachnospira multipara (menghidrolisi/ memecah pektin), Ruminococcus albus (menghidrolisis glukosa), Succimonas amylolitica (menghidrolisis amilum). Bakteri ini dapat bertahan pada suhu tinggi karena struktur DNA, protein, dan membran selnya telah beradaptasi. Bakteri metanogen tumbuh dengan baik pada suhu 98°C dan mati pada suhu dibawah 84°C.
2.)Halofil Ekstrem (Halofilik)
Bersifat heterotrof. Habitat pada lingkungan berkadar garam tinggi 12-15% (sementara kadar garam air laut sekitar 3,5%), seperti di danau air asin/ di laut mati. Halofilik melakukan respirasi aerobik untuk menghasilkan energi, dan ada juga beberapa yang bisa berfotosintesis, klorofilnya disebut bakteriorodopsin yang menghasilkan warna ungu sehingga biasanya kumpulan bakteri ini terlihat seperti buih berwarna merah ungu. Contoh: Genus Halobacterium:Halolubrum, Halococcus, Haloarcula. Ada beberapa spesies yang sekedar toleransi terhadap garam, tetapi ada pula yang membutuhkan lingkungan 10 kali lebih asin dari air laut untuk tumbuh.
3.) Termofil Ekstrem (Termoasidofilik)
Hidup di tempat yang bersuhu tinggi dan bersifat asam dengan mengoksidasi sulfur. Umumnya hidup di lubang dan kawah vulkanis serta di mata air bersulfur. Diketahui dapat hidup pada suhu 45°-110°C dan Ph 1-2. Contoh: Genus Sulfolobus, bakteri pereduksi sulfur yang hidup di mata air sulfur Yellowstone, National Park, Amerika. Sulfolobus menggunakan hidrogen dan sulfur anorganik sebagai sumber energinya. Contoh bakteri lainnya adalah Pyrolobus fumarii.
Peranannya dalam kehidupan manusia
1.) Enzim dari Archaebacteria di tambahkan ke dalam sabun cuci/ detergen untuk meningkatkan kemampuan sabun cuci/detergen pada suhu dan Ph tinggi.
2.) Digunakan dalam industri makanan untuk mengubah pati jagung menjadi dekstrin (sejenis karbohidrat).
3.) Digunakan untuk mengatasi pencemaran, misal:tumpahan minyak.
Sumber:
Pratiwi D. A., dkk. tanpa tahun. Biologi Jilid 1 untuk SMA Kelas X. Penerbit Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates