Pages

Minggu, 19 Oktober 2014

Cerpen


1. Pengertian
     Merupakan karya sastra berbentuk prosa yang merupakan perpaduan monolog dan dialog yang ditulis berdasarkan pengalaman dan imajinasi seorang penulis yang mengandung alur, plot, pesan, dan latar dengan panjang umumnya  kurang lebih 1000 kata atau 7000 huruf per karakter yang mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang merupakan rangkaian peristiwa yang penuh dengan pertikaian, peristiwa, dan pengalaman atau konflik antar tokoh dan dalam tokoh itu sendiri yang terjalin menjadi satu dalam cerita.
2. Ciri-Ciri
a. Bentuk tulisan singkat, padat, dan lebih pendek       dari pada novel.
b. Tulisan kurang dari 10.000 kata.
c. Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri maupun orang lain.
d. Tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakunya karena mengangkat masalah tunggal atau sarinya saja.
e. Habis dibaca sekali duduk dan hanya mengisahkan sesuatu yang berarti bagi pelakunya.
f. Tokoh-tokoh yang dilukiskan mengalami konflik sampai pada penyelesaiannya.
g. Penggunaan kata-katanya sangat ekonomis dan mudah dikenal masyarakat.
h. Meninggalkan kesan mendalam dan efek pada perasaan pembaca.
i. Menceritakan suatu kejadian dari terjadinya perkembangan jiwa dan krisis, tetapi tidak sampai menimbulkan perubahan nasib.
j. Beralur tunggal dan lurus.
k. Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam.
l. Bersifat padu, padat, entensif, dan fiktif.
3. Unsur-Unsur
a. Unsur Intrinsik
     Adalah unsur dari dalam sebuah karya sastra yang meliputi hal-hal berikut:
1. Tema
     Adalah ide atau gagasan pokok yang menjiwai  seluruh karangan yang akan diangkat dan merupakan makna keseluruhan yang didukung serta bersifat mengikat keseluruhan masalah yang ada dalam cerita.
2. Alur / Plot
     Merupakan rangkaian cerita atau jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu yang merupakan keseluruhan sekuen (bagian) peristiwa yang terdapat dalam cerita yang terbentuk karena proses sebab akibat (kausal) dari peristiwa lainnya yang membentuk rangkaian berbagai peristiwa dalam cerita, yang memiliki hubungan erat, karena kehadiran satu peristiwa menyebabkan hadirnya peristiwa yang lain dan menjadi struktur pembangun teks cerpen yang didalamnya terdapat struktur cerpen, yang biasanya memiliki kaidah sendiri meliputi:
a. Kemasukakalan (Plausibilitas)
     Artinya cerita memiliki kelogisan.
b. Rasa Ingin Tahu (Suspense)
     Perasaan kurang pasti terhadap peristiwa yang terjadi, khususnya yang menimpa tokoh yang kemudian diberi simpati oleh pembaca, yang akan mendorong, menggelitik, dan memotivasi pembaca untuk setia mengikuti cerita dan mencari jawaban terhadap kelanjutannya.
c. Kejutan (Surprise)
     Peristiwa yang berisi kejutan dalam cerita yang dibangun pengarang di luar dugaan pembaca sehingga cerpen menjadi tidak membosankan.
d. Kepaduan (Unity)
     Berbagai unsur yang ditampilkan dalam alur cerita harus memiliki kepaduan dan tiap unsur yang ada hendaknya membentu satu kesatuan yang utuh sehingga keberadaan antar unsurnya menentukan keberadaan unsur yang lain.
   
     Alur biasanya dibagi menjadi tiga, yakni alur maju, mundur, dan campuran yang semuanya ditinjau berdasarkan urutan peristiwa yang terjadi dalam ruang dan waktu.
     Menurut Nurgiyantoro (1988) terdapat 2 teknik penyampaian cerita yaitu alur progresif atau lurus, yang mengisahkan rangkaian peristiwa secara kronologis, dan alur regresif (flashback) atau sorot balik yang urutan peristiwa ceritanya tidak kronologis atau berurutan.
3. Tokoh atau Pemeran
     Individu rekaan yang mengalami atau berkelakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang di ekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh terbagi atas :
a. Tokoh Utama atau Sentral
     Berhubungan dengan setiap peristiwa dalam cerita, selau ada dan relevan dalam setiap peristiwa di sebuah cerita. Biasanya mendominasi sebagian besar cerita dan lebih sering diceritakan dibanding tokoh-tokoh lainnya dan diberi kesempatan lebih banyak untuk mengemukakan pendapat dan sikapnya.
b. Tokoh Tambahan
     Tidak sentral kedudukannya tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang tokoh utama sehingga dimunculkan untuk memperkuat keberadaan tokoh utama. Kecenderungan jumlah tokoh tambahan yang relatif lebih banyak dibandingkan tokoh utama, membuat tokoh ini tidak diceritakan dan dibicarakan secara mendetail dalam cerita.
4. Penokohan/Perwatakan/Karakter Tokoh
     Penyajian watak, penciptaan citra, dan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita yang kerap disebut sebagai karakter, yang tak lain adalah sikap, ketertarikan, keinginan, dan emosi serta prinsip moral yang dimiliki tokoh cerita dalam karya rekaan. Penokohan dibagi menjadi 3 :
a. Protagonis
     Peran yang harus mewakili hal-hal positif dalam kebutuhan cerita yang biasanya cenderung menjadi tokoh yang disakiti, baik, dan menderita sehingga akan menimbulkan simpati bagi pembaca dan biasanya menjadi tokoh sentral yang menentukan gerak adegan.
b. Antagonis
     Tokoh yang memiliki pertentangan dengan tokoh Protagonis atau kebalikan darinya, yakni peran yang harus mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita yang biasanya menjadi tokoh yang menyakiti tokoh Protagonis atau tokoh yang bersifat jahat sehingga akan menimbulkan rasa benci atau antipasti pembaca.
c. Tritagonis
     Perantara atau pendamping yang termasuk pemeran pembantu utama, baik untuk Protagonis maupun Antagonis yang bertugas menjadi pendamai, pendukung, penentang, dan penengah toko sentral yang posisinya menjadi pembela tokoh yang didampinginya.
5. Amanat
     Nasihat atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca yang terkandung atau dapat dipetik dalam cerita.
6. Latar atau Setting
     Segala keterangan mengenai waktu, ruang/tempat, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra atau lingkungan, yaitu dunia cerita sebagai tempat terjadinya segala peristiwa yang menyangkut hubungan antar tokoh, dan biasanya mempunyai 2 tipe :
a. Latar yang diceritakan secara detail, biasanya terjadi jika cerpen fokus pada persoalan latar.
b. Latar yang tidak menjadi fokus utama dalam masalah, biasanya hanya disebut sebagai background saja dan tempat peristiwa tetapi tidak didiskripsikan secara detail dalam cerita.
7. Konflik atau Masalah
     Adalah puncak dari masalah atau masalah itu sendiri yang merupakan pertentangan yang timbul didalam diri seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada disekitarnya, dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain diantara 2 pihak atau lebih yang sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai dimana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing. 
8. Sudut Pandang Penulis (Point of View)
     Posisi pencerita dalam membaca kisahan didalam cerita, dibagi menjadi 2 :
a. Sudut Pandang Orang Pertama
     Pengarang berperan sebagai tokoh aku, seolah-olah kisah yang diceritakan merupakan pengalaman hidupnya sendiri.
b. Sudut Pandang Orang Ketiga
     Yaitu pengarang berperan sebagai tokoh dia atau nama tertentu dan bertindak serba tahu.
9. Keindahan atau Gaya Bahasa (Style)
     Cara pengarang mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang digunakannya atau merupakan bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal-hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum yang penggunaanya dapat mengubah dan menimbulkan konotasi tertentu dan juga merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata dalam berbicara dan menulis untuk menyakinkan  atau mempengaruhi penyimak dan pembaca. Terdapat sekitar 60 gaya bahasa, namun Gorys Keraf membaginya menjadi 4 kelompok :
a. Perbandingan : Metafora, Personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, dsb.
b. Pertentangan : Hiperbola, Litotes, Ironi, Satire, Paradoks, Klimaks, Antiklimaks, dsb.
c. Pertautan : Metonimis, Sinekdoke, Alusi, Eufemisme, Elipsis, dsb.
d. Perulangan : Aliterasi, Asonansi, Antanaklasis, Anafora, Simploke, dsb.
10. Dialog, Monolog, Prolog, dan Epilog
 a. Dialog
     Pembicaraan yang dilakukan dua orang atau lebih yang memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara, dan biasanya terdapat dalam novel, cerpen, drama, dll.
b. Monolog
     Pembicaraan tunggal yang tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara, pembicaraan yang dilakukan sendiri.
c. Prolog
     Merupakan kata pembuka dalam cerita.
d. Epilog
     Merupakan kata penutup dalam cerita.
b. Unsur Ekstrinsik
     Merupakan unsur dari luar yang mempengaruhi isi karya sastra meliputi :
a. Latar belakang kehidupan pengarang, terdiri dari:
1. Tentang penulis atau identitas penulis
2. Kehidupan sosial
3. Kehidupan ekonomi
4. Agama dll.
b. Nilai -nilai karya sastra:
1. Nilai budaya
     Berkaitan dengan cara berpikir, adat istiadat, atau kebiasaan.
2. Nilai moral
     Berkaitan dengan tindakan atau perbuatan.
3. Nilai agama
     Berkaitan dengan aturan, norma, atau ketentuan yang telah ditetapkan oleh tuhan
4. Nilai politik
     Berkaitan dengan kehidupan manusia dalam bermasyarakat dan bernegara.
4. Struktur Cerpen
     Merupakan susunan cerpen yang terdiri dari bagian-bagian yang saling koheren atau berkaitan satu sama lain. Terbagi atas 6 bagian :
a. Abstrak
     Bagian ini mengandung ringkasan atau inti cerita / intisari yang akan dikembangkan dan diletakkan pada kata pembuka atau prolog yang disebut juga sebagai kesimpulan cerita. Bagian ini bersifat opsional.
b. Orientasi
     Merupakan bagian struktur yang menceritakan latar atau pengenalan atau penggambaran yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, arah, masalah, tokoh, karakter tokoh, dan sudut pandang didalam cerpen secara lengkap, digunakan pengarang untuk menghidupkan ceritanya sehingga lebih berkesan atau menyakinkan kepada pembaca, serta dengan latar sebagai sarana pengekspresian watak, baik secara fisik maupun psikis.
c. Komplikasi
     Bagian ini adalah urutan kejadian yang saling berhubungan dan terkait secara sebab akibat. Pada tahap ini kerumitan dan masalah mulai bermunculan, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa lainnya. Tahap ini akan mengungkit karakter atau watak pelaku yang ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu dan hal itu diekspresikan dalam tindakan dan ucapan tokoh. Berbagai konflik akan bermunculan dan mengarah pada sebuah klimaks, yaitu konflik mencapai tingkat intensitas tertinggi.
d. Evaluasi
     Merupakan tahapan setelah terjadi klimaks, yaitu bagian yang menuntun pembaca menemukan pemecahan masalah atau diarahkan pada penyelesaian masalah dari konflik dalam cerita sehingga mulai tampak penyelesaiannya.
e. Resolusi
     Tahap dimana pengarang akan mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh. Hal ini biasa berisi kejutan-kejutan bagaimana masalah itu bisa terselesaikan dan merupakan akhir dari cerita.
f. Koda
     Merupakan nilai-nilai atau pelajaran yang dapat dipetik oleh pembaca dari sebuah teks dalam cerita, merupakan tahap terakhir yang bersifat opsional sehingga bisa saja pada suatu cerpen tak terdapat tahap ini.
5. Tahapan Penulisan Cerpen :
- Menentukan tema cerpen
- Mengumpulkan data-data keterangan, informasi, dokumen, yang terkait dengan peristiwa atau pengalaman yang menjadi sumber inspirasi cerita .
- Menentukan garis besar alur atau plot cerita
- Menetapkan titik pusat kisah atau sudut pandang pengarang.
- Mengembangkan garis besar cerita menjadi sebuah cerita yang utuh
- Memeriksa ejaan, diksi, dan unsur-unsur kebahasaan yang lain serta memperbaikinya jika terdapat kekeliruan.
6. Manfaat :
     Menulis dan membaca cerpen bermanfaat dalam memperkaya pengalaman hidup manusia. Pengalaman hidup penuh warna atau apa saja, baik nyata maupun rekaan. Pengalaman seorang anak remaja, manula, laki-laki, perempuan, hewan, tumbuhan, benda mati, yang sangat menyedihkan, humor, dsb. Memberi hiburan, melemaskan syaraf, mengasah kepekaan, menajamkan otak.
Sumber :
* Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
* the-divider.blogspot.com   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates